Jumat, 28 September 2012

Sistim pengontrolan motor listrik


Berdasarkan kerja dari sistem peralatan kontrolnya, pengontrolan motor listrik dibagi dalam dua bagian utama yaitu: 
  1. Sistem Pengontrolan Terbuka (Open Loop System), 
  2. Sistem Pengontrolan Tertutup (Closed Loop System). 

a. Sistem Pengontrolan Terbuka 

Untuk mendapat gambaran tentang sistem pengontrolan terbuka (open loop system), dapat diambil suatu contoh mesin tenun pembuat kain. Jika mesin tenun akan dioperasikan, ma­ka sumber dáya listrik akan dialirkan melalui peralatan kontrol, kemudian motor listrik be­kerja dan selanjutnya mesin tenun melak­sanakan tugas untuk menenun serat-serat benang menjadi kain. 

Apabila salah satu serat benang terputus, sakelar pada peralatan kontrol harus dibuka, maka daya listrik kepada motor terputus, akibatnya mesin tenun berhenti. 

Di sini diperlukan seorang operator penga­mat yang akan membuka dan menutup sakelar apabila terjadi benang putus. Hal ini dilak­sanakan berdasarkan pengamatan operator pada mesin tenun. Sistem kerja pengontrolan seperti ini disebut sistem pengontrolan ter­buka.
Gambar  blok diagram sistem pengontrolan terbuka
Terlihat bahwa Input yang diinginkan adalah motor listrik harus berhenti apabila terjadi benang putus, sedangkan output yang terjadi mesin tenun terus bekerja walaupun ada be­nang putus. Ternyata dalam hal ini bahwa sig­nal output (akibat) tidak mempengaruhi input (penyebab). Jadi, pada sistem pengontrolan terbuka, perubahan kerja dari motor listrik hanya dapat terjadi apabila sistem kerja kon­trolnya diubah oleh tenaga manusia (operator) secara manual. 

b. Sistim  Pengontrolan Tertutup 

Apabila fungsi operator pada mesin tenun di atas digantikan oleh sakelar mini (micro switch) yang dipasang pada serat benang, maka sistem pengontrolan terbuka dapat menjadi sistem pengontrolan tertutup (Closed Loop System), lihat gambar berikut :
Gambar  blok diagram sistem pengontrolan tertutup
Apabila salah satu serat benang pada mesin tenun putus, maka segera akan diberikan sig­nal kepada sakelar mini. Akibatnya posisi kon­tak dari sakelar mini tertutup, arus listrik mengalir pada peralatan kontrol, seterusnya pemberian daya listrlk kepada motor terputus, motor listrik berhenti dan akhimya mesin te­nun juga berhenti. Apabila benang yang putus tadi disambungkan, maka sakelar mini mem­buka lagi dan mesin tetap diperlukan tenaga operator, akan tetapi bekerjanya lebih ringan karena hanya memberikan daya listrik pada saat permulaan mesin tenun dijalankan dan menyambungkan benang putus. 

Di sini terithat bahwa output mempengaruhi input, maka sistem ini disebut sistem pengontrolan tertutup. 

Dengan kata lain sistem pengontrolan ten­tutup adalah sistem pengontrolan yang memanfaatkan pengaruh yang ditimbulkan dan hasil kerja motor untuk melakukàn perubahan operasinya, tanpa menggunakan tenaga opera­tor.

Munculnya peralatan kontrol seperti Programable  Logic Control (PLC) dan analog komputer, penyambungan benang putus sudah dapat dilakukan secara otomatis, tanpa harus dilakukan oleh tenaga manusia. 

Dengan penerapan sistem kontrol ini me­mungkinkan sepuluh atau dua puluh buah mesin tenun, cukup hanya dilayani oleh satu tenaga operator. 

Berdasarkan uraian dari kedua macam sis­tem pengontrolan tersebut, maka pemakaian sistem pengontrolan tertutup merupakan cara yang paling efisien dan efektif untuk diguna­kan dalam pengontrolan motor listrik, apabila dibandingkan dengan sistem pengontrolan terbuka. 

Disamping keuntungan yang diperoleh ada juga kekurangannya antara lain kebutuhan tenaga manusia (man power) dalam suatu pabrik akan jauh relatif kecil apabila suatu pabrik yang menggunakan sistem pengontrolan ter­buka. 

Sehubungan dengan hal ini, maka penerapan sistem pengontrolan tertutup yang canggih di negara kita perlu dipertimbangkan dengan te­pat dan cermat.

0 komentar:

Posting Komentar